Sabtu, 14 Mei 2011

Kebudayaan Maluku

Maluku atau yang dikenal secara internasional sebagai Moluccas adalah salah satu provinsi tertua di Indonesia. Ibukotanya adalah Ambon. Pada tahun 1999, sebagian wilayah Provinsi Maluku dimekarkan menjadi Provinsi Maluku Utara, dengan ibukota di Sofifi. Provinsi Maluku terdiri atas gugusan kepulauan yang dikenal dengan Kepulauan Maluku.

Suku bangsa Maluku didominasi oleh ras suku bangsa Melanesia Pasifik yang masih berkerabat dengan Fiji, Tonga dan beberapa bangsa kepulauan yang tersebar di kepulauan Samudra Pasifik.
Banyak bukti kuat yang merujuk bahwa Maluku memiliki ikatan tradisi dengan bangsa bangsa kepulauan pasifik, seperti bahasa, lagu-lagu daerah, makanan, serta perangkat peralatan rumah tangga dan alat musik khas, contoh: Ukulele (yang terdapat pula dalam tradisi budaya Hawaii).
Mereka umumnya memiliki kulit gelap, rambut ikal, kerangka tulang besar dan kuat serta profil tubuh yang lebih atletis dibanding dengan suku-suku lain di Indonesia, dikarenakan mereka adalah suku kepulauan yang mana aktivitas laut seperti berlayar dan berenang merupakan kegiatan utama bagi kaum pria.
Sejak jaman dahulu,
banyak di antara mereka yang sudah memiliki darah campuran dengan suku lain, perkawinan dengan suku Minahasa, Sumatra, Jawa, Madura, bahkan kebanyakan dengan bangsa Eropa (umumnya Belanda dan Portugal) kemudian bangsa Arab, India sudah sangat lazim mengingat daerah ini telah dikuasai bangsa asing selama 2300 tahun dan melahirkan keturunan keturunan baru, yang mana sudah bukan ras Melanesia murni lagi. Karena adanya percampuran kebudayaan dan ras dengan orang Eropa inilah maka Maluku merupakan satu-satunya wilayah Indonesia yang digolongkan sebagai daerah Mestizo. Bahkan hingga sekarang banyak marga di Maluku yang berasal bangsa asing seperti Belanda (Van Afflen, Van Room, De Wanna, De Kock, Kniesmeijer, Gaspersz, Ramschie, Payer, Ziljstra, Van der Weden dan lain-lain) serta Portugal (Da Costa, De Fretes, Que, Carliano, De Souza, De Carvalho, Pareira, Courbois, Frandescolli dan lain-lain). Ditemukan pula marga bangsa Spanyol (Oliviera, Diaz, De Jesus, Silvera, Rodriguez, Montefalcon, Mendoza, De Lopez dan lain-lain) serta Arab (Al-Kaff, Al Chatib, Bachmid, Bakhwereez, Bahasoan, Al-Qadri, Alaydrus, Assegaff dan lain-lain).Cara penulisan marga asli Maluku pun masih mengikuti ejaan asing seperti Rieuwpassa (baca: Riupasa), Nikijuluw (baca: Nikiyulu), Louhenapessy (baca: Louhenapesi), Kallaij (baca: Kalai) dan Akyuwen (baca: Akiwen).

Bahasa yang digunakan di provinsi Maluku adalah Bahasa Melayu Ambon, yang merupakan salah satu dialek bahasa Melayu. Sebelum bangsa Portugis menginjakan kakinya di Ternate (1512), bahasa Melayu telah ada di Maluku dan dipergunakan sebagai bahasa perdagangan. Bahasa Indonesia, seperti di wilayah Republik Indonesia lainnya, digunakan dalam kegiatan-kegiatan publik yang resmi seperti di sekolah-sekolah dan di kantor-kantor pemerintah.
Bahasa yang digunakan di pulau Seram, pulau ibu (Nusa Ina/Pulau asal-muasal) dari semua suku-suku di Provinsi Maluku dan Maluku Utara adalah sebagai berikut:
bahasa Wamale (di Seram Barat)
bahasa Alune (di Seram Barat)
bahasa Nuaulu (dipergunakan oleh suku Nuaulu di Seram selatan; antara teluk El-Paputih dan teluk Telutih)
bahasa Koa (di pegunungan Manusela dan Kabauhari)
bahasa Seti (di pergunakan oleh suku Seti, di Seram Utara dan Telutih Timur)
bahasa Gorom (bangsa yang turun dari Seti dan berdiam di Seram Timur)

Maluku merupakan wilayah kepulauan terbesar di seluruh Indonesia. Banyaknya pulau yang saling terpisah satu dengan yang lainnya, juga mengakibatkan semakin beragamnya bahasa yang dipergunakan di provinsi ini. Jika diakumulasikan, secara keseluruhan, terdapat setidaknya 132 bahasa di kepulauan Maluku, yakni:
  1. Alune
  2. Amahai
  3. Ambelau
  4. Asilulu
  5. Babar Utara
  6. Babar tenggara
  7. Banda
  8. Batuley
  9. Barakai
  10. Benggoi
  11. Boano
  12. Buli
  13. Buru
  14. Dammar Timur
  15. Damar Barat
  16. Dawera-Daweloor
  17. Dobel
  18. Elpaputih
  19. Emplawas
  20. Fordata
  21. Hoaulu
  22. Kadai
  23. Kamarian
  24. Kai Besar
  25. Kai Kecil
  26. Karey
  27. Kayeli
  28. Kisar
  29. Koba
  30. Kola
  31. Kompane
  32. Kur
  33. Laba
  34. Laha
  35. Larike
  36. Latu
  37. Leti
  38. Liana-Seti
  39. Lisbata-Nuniali
  40. Lisela
  41. Lola
  42. Lorang
  43. Luhu
  44. Luang
  45. Melayu-Ambon
  46. Melayu-Banda
  47. Manipa
  48. Manusela
  49. Masela Tengah
  50. Masela Timur
  51. Masela Barat
  52. Naka'ela
  53. Nila
  54. Nuaulu Utara
  55. Nuaulu Selatan
  56. Nusa Laut
  57. Oirata
  58. Pagu
  59. Patani
  60. Paulohy
  61. Perai
  62. Piru
  63. Rumaolat
  64. Roma
  65. Sahu
  66. Salas
  67. Saleman
  68. Saparua
  69. Sawai
  70. Seith
  71. Selaru
  72. Seluwasan
  73. Sepa
  74. Serili
  75. Serua
  76. Talur
  77. Tarangan Timur
  78. Tarangan Barat
  79. Tela-Masbuar
  80. Teluti
  81. Teor
  82. Te'un
  83. Tugun
  84. Tugutil
  85. Tulehu
  86. Wakasihu
  87. Watubela
  88. Wemale Utara
  89. Wemale Selatan
  90. Yalahatan
  91. Yamdena
  92. dll
Dua bahasa yang telah punah adalah Palamata dan Moksela.
Sebelum bangsa-bangsa asing (Arab, Cina, Portugis, Belanda dan Inggris) menginjakan kakinya di Maluku (termasuk Maluku Utara), bahasa-bahasa tersebut sudah hidup setidaknya ribuan tahun.

Mayoritas penduduk di Maluku memeluk agama Kristen dan Islam . Hal ini dikarenakan pengaruh penjajahan Portugis dan Spanyol sebelum Belanda yang telah menyebarkan kekristenan dan pengaruh Kesultanan Ternate dan Tidore yang menyebarkan Islam di wilayah Maluku serta Pedagang Arab di pesisir Pulau Ambon dan sekitarnya sebelumnya. Tempat ibadah di Provinsi Maluku pada tahun 2008 adalah Gereja Protestan 1.188 buah, Mesjid 780 buah,Gereja Katolik 442 buah, Pura 14 buah dan Wihara 8 buah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar